Suku Quraisy
Oleh: Dr. H. Sukarni, M.Ag
Sejarah maulid Nabi tidak terlepas dari dua surah dalam Al-Quran, Al-Fil dan Quraisy (105 dan 106). Dua surah tersebut sekan menjadi satu. Coba perhatikan awal kalimat ayat pertama surah Quraisy, “li iilaafi quraisy …” (karena budaya suku Quraisy…). Hal ini menurut Ar-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghaib memberi informasi bahwa Allah membinasakan tentara bergajah (surah al-Fiil) adalah untuk membela dan menjamin keselamatan suku Quraisy (surah Quraisy) yang dari suku inilah pada generasi kedua belas, Nabi Muhammad dilahirkan. Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraisy). Fihr diberi gelar sebagai “quraisy” karena kebiasaannya atau generasinya selalu mengumpulkan keluarga besarnya untuk melakukan suatu hal penting, terutama dalam mempertahankan kendali atas ka’bah sebagai pusat peribadatan di Jaziratul ‘Arab. Etimologi “quraisy” menurut ahli bahasa berasal dari kata “taqarrusy” yang berarti berkumpul.
Dalam sejarah politik Islam, suku quraisy mendapat legitimasi kekuasaan pemerintahan pasca Nabi Muhammad dengan dalil hadis Nabi “al-aimmatu min quraisy” (Kekhalifahan adalah hak orang Quraisy). Hadis ini terdapat dalam Shahih al-Bukhari, kitab al-Manaqib, bab Manaqib Quraisy, no. 3239 dan kitab al-Ahkam, bab al-Umara‟ min Quraisy, no. 6606; Musnad Ahmad, bab hadis Mu’awiyah bin Abi Sufyan, no. 16249; dan Sunan ad-Darimi, kitab as-Sair, bab al-Imarah fi Quraisy, no. 2576. Meski demikian, melalui interpretasi maknawi versi Ibnu Khaldun (w. 1407 M), hadis tersebut dipahami bahwa kekuasaan pemerintahan itu harus dipegang oleh orang yang memiliki kompetensi dan karakter seperti suku Quraisy pada zaman Nabi.
Kalau kita perhatikan makna surah Quraisy, ada dua karakter suku Quraisy yang dijelaskan Al-Quran, etos kerja yang kuat dan spiritualitas yang dalam. Etos dagang yang kuat terlihat dalam kerja kerasnya menempuh perjalanan musim dingin ke Yaman dan musafir musim panas ke Syam untuk berdagang. Jarak Mekkah ke kota pusat perdagangan Yaman adalah 1.119 km. Adapun jarak antara Mekkah dan Damaskus ibu kota Syam waktu itu adalah 1.669 km. Tidak terbayangkan berapa hari waktu yang diperplukan para pedagang Quraisy untuk dapat mencapai Yaman selatan Jazirah dan Damaskus utara Mekkah. Hanya orang-orang yang bermental baja yang dapat menempuh jarak yang sangat jauh tersebut.
Kekhususan kedua suku Quraisy adalah pada kualitas spiritualitasnya yang dalam. Orang-orang di sekitar Mekkah pada umumnya adalah penganut agama semit monoterisme, meskipun sebagian bercampur dengan politiesme. Al-Quran menginformasikan bahwa kalau (para penyembah berhala) itu ditanya “siapa yang menciptakan langit dan bumi”, mereka menjawab “penciptanya adalah Allah” (QS Luqman: 25; az-Zukhruf: 9). Lalu mengapa menyembah berhala, mereka menjawab “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Tradisi politeisme ini tampaknya akibat dari kedangkalan rasionalitas dalam konsep bertuhan. Inilah yang menjadi sasaran utama objek dakwah tauhid Nabi Muhmmad selama di Mekkah. Kurang lebih 13 Tahun, dengan 86 surah Makkiyyah, Nabi Muhammad melancarkan dahwah tauhid melalui berbagai cara, dan berhasil menciptakan masyarakat Mekkah menjadi komunitas berakidah kuat.
Spiritualitas penduduk Mekkah saat itu terlihat dalam tradisi bertapa (takhannuts) untuk dapat fokus dalam beribadah. Sebelum mendapat wahyu, Muhammad rutin mengikuti tradisi sukunya untuk bertapa setiap bulan Ramadan yang akhirnya pada usia Beliau 40 tahun, Allah mengirim Jibril untuk memberinya wahyu. Dimulailah masa kerasulan.
Dari suku yang memiliki kehandalan dalam etor kerja dagang serta memiliki kekuatan spiritualitas inilah Nabi Muhammad dilahirkan. Ada darah biru keteguhan cita-cita dan kedalaman spiritual nenek moyang Nabi yang akhirnya melalui Abdullah dan Aminah, NAbi Muhamman dilahirkan. Meski demikian, ceritera proses kelahiran Beliau sama sekali tidak diuraikan dalam Al-Quran. Hanya ada dua orang Nabi yang proses kelahirannya diuraikan Al-Quran, yaitu Nabi Isa dan Nabi Yahya (QS. Maryam).
Semoga salawat, salam, dan keberkahan Allah curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Dan semoga kita dapat meneladani Beliau, terutama dalam kekuatan etos kerja dan kedalaman spiritualitas. Amiin