![](https://febi.uin-antasari.ac.id/wp-content/uploads/2024/09/download.jpg)
Coaching Menulis Jurnal
Oleh: Dr. H. Sukarni, M.Ag.
- Dedikasi Prof. Irwan Abdullah Membayar “Utang”
Tanggal 27 – 31 Agustus 2024, saya bersama Dr Muhaimin, Dr Akhmad Sagir, dan Dr. Yusna Zaidah berkesempatan mengikuti Coaching and Technical Writing Reputable International Journal Articles yang dilaksanakan oleh IA Scholar Studio Yogyakarta. Lembaga ini secara khusus didirikan untuk menjembatani para akademisi dan peneliti dengan dunia publikasi dan jurnal. IASF membawahi divisi penelitian dan publikasi ilmiah bereputasi melalui pelatihan, pendampingan, dan konsultasi. Lembaga ini didirikan oleh Prof. Dr. Irwan Abdullah, Guru Besar Antropologi UGM Yogyakarta. Kami mengikuti pelatihan ini pada Batch ke 116.
Batch 116 diikuti oleh empat belas peserta, sepuluh orang dari dosen perguruan tinggi di Yogyakarta. Sebelum berangkat saya agak ragu untuk bisa ikut pelatihan ini. Saya juga berpikir, jangan-jangan dalam kegiatan ini, para peserta diberikan draft jurnal untuk diotak atik dan kemudian disubmitkan. Kalau demikian, percuma, para peserta tidak akan menambah pengalaman, yang terjadi adalah menambah “kum” dan “kam”. Ternyata semua yang saya ragukan tidak terjadi. Program ini benar-benar sebuah coaching (bimbingan dari orang yang sangat berpengalaman untuk menambah keterampilan para peserta) dan menyenangkan. Semua peserta dapat dengan senang dan segar mengikuti semua materi dan mengerjakan semua PR pembelajaran. Meski, kata Prof Irwan, dulu ada juga yang agak menyesal ikut pelatihan ini, karena harapannya (untuk diberi satu draft artikel dan disubmitkan) tidak terwujud.
Bagi saya, yang sudah mulai tua, pengalaman ikut kegiatan yang banyak menggunakan internet sebagai media belajar ini sangat mengesankan. Berkesan karena merasa sudah sangat jauh tertinggal, namun berkesan pula dengan sosok para speakernya, Prof. Dr. Irwan Abdullah dan tim yang layaknya seorang kyai dan ustadz penuh perhatian dan semangat mensugesti santri-santrinya. Saya dan tiga belas peserta yang lain dengan tidak terasa berat, dapat mengikuti kegiatan ini sampai akhir, lima hari fullday. Meski lebih tua beberapa bulan dari Prof Irwan, saya menganggap Beliau sebagai kyai pengasuh dan saya adalah salah satu santrinya, meski hanya pesantren kilat.
Saat studi S3 di UIN Yogyakarta Program By research 2008 – 2011, saya mulai mengenal Pak Irwan sebagai begawan antropologi UGM melalui tulisan-tulisan Beliau dalam pendekatan antropologi. Kajiannya sangat hidup, karena objek kajian antropologi adalah manusia dalam kebudayaannya sebagai individu, masyarakat, suku bangsa dan perilakunya. Para antropolog banyak memperhatikan dan mengkaji manusia dalam kehidupan sehari-hari, ritual keagamaan upacara adat. Antropolog benar-benar mendefisinikan manusia sebagai manusia dengan berbagai keunngulannya. Dalam kajian agama (penganut agama), pendekatan antropologi sangat membantu untuk dapat memahami perilaku keagamaan. Kebetulan disertasi saya membahas tentang fikih lingkungan yang salah satu bagiannya membahas lingkungna hidup dalam konteks kebudayaan. Saya merasa mendapat banyak pencerahan dari tulisan-tulisan Beliau.
Saat kuliah S3 tersebut, saya juga sering mendengar ada kuliah umum gratis dari Beliau yang dilaksanakan dalam forum “Satu Hari kuliah Budaya Bersama Prof. Dr. Irwan Abdullah”. Meski saya belum bisa ikut waktu itu. Acaranya benar-benar seharian, pkl 09.00 – 16.00. Untuk memberi informasi yang memuaskan tentang “pengajian” tersebut, laman Sekolah Pascasarjana UGM juga menginformasikan detil materi yang dibahas jam demi jam. Misalnya “pengajian” yang dilaksanakan 13 Desember 2008 adalah delapan sesi: (1) 09:00-10:00 Konteks: Lokalisasi, Nasionalisasi, Globalisasi. (2) 10:00-11:00 Budaya: Generik VS Differensial. (3) 11:00-12:00 Konstruksi Budaya atas Realitas. (4) 12:00-13:00 Reproduksi Budaya atas Realitas. (5) 13:00-14:00 Budaya Material, konsumerism and Gaya Hidup. (6) 14:00-15:00 Tubuh: Kontradiksi dan Reproduksi Budaya. (7) 15:00-16:00 Masa Depan Studi Budaya dan (8) 16:00-Penutupan (Ramah Tamah). Selama satu hari penuh, Beliau tidak jenuh berorasi memberi edukasi. Prof Irwan benar-benar seorang pendidik. Peserta yang ikut bukan saja dari prodi antropologi UGM, tetapi banyak juga dari mahasiswa PT yang lain, termasuk dari UIN Yogyakarta.
Saat berjumpa secara langsung di pelatihan menulis jurnal, kami bercengkrama tentang apa yang saja yang diingat. Saya melontarkan ingatan tentang “pengajian sehari bersama Prof Irwan” 16 tahun yang lalu. Beliau juga secara spontan menjelaskan bahwa program itu adalah kegiatan “bayar utang”. Lha bayar utang ya Prof, utang apa. Tanya saya. Lalu Beliau melanjutkan ceritera bahwa saat itu, karena dia seorang guru besar dan kebetulan juga pejabat, banyak waktunya habis untuk tugas-tugas birokrasi, mulai rapim internal hingga rakor-rakor tingkat nasional. Akhirnya banyak perkuliahan yang bolong-bolong. Karena blongnya kadang banyak, saya berinisiatif membuka semacam kuliah umum yang materinya terkait perkuliahan di kelas. Namun ternyata pesertanya bukan saja mahasiswa asuhan saya, tetapi banyak peminat kajian antropologi dari berbagai PT khususnya di Yogyakarta, sambung Beliau.
Terbayang dalam pikiran saya, dedikasi Prof Irwan sebagai pendidik. Kebetulan padatnya kegiatan sebagai birokrat kampus sangat nyata dan merasakan dampaknya bagi tertunda bahkan gagalnya pertemuan perkuliahan. Meski setingkat dekan/warek, kewajiban mengajar hanya 4 sks, itupun tidak jarang terkalahkan oleh acara yang dianggap penting karena terkait nasib institusi yang lebih tinggi, seperti acara universitas. Namun bagi Prof Irwan, seperti tidak ada yang lebih penting . Semua amanah harus dapat berjalan seimbang, roda birokrasi tetap berjalan, perkuliahan juga tidak boleh berhenti. Dalam pikiran saya, tidak banyak manusia seperti Beliau ini. Hidupnya untuk ilmu pengetahuan.
Tidak terasa, saat kami bercengkrama, waktu menunjukkan pukul 11.00 waktu Banjarmasin. Setelah santap makan malam yang disiapkan Beliau, kami beristirahat. (Bersambung)