Berbasis Lokal
Oleh: Dr. H. Sukarni, M.Ag
Perubahan status IAIN Antasari menjadi Universitas 7 April 2017 (berdasar Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2017) mengharuskan adanya pondasi keilmuan yang kokoh. Hal ini karena salah satu kekhawatiran dampak perubahan tersebut adalah menurunnya kajian keislaman yang selama ini menjadi core keilmuannya. Oleh karena itu, melalui Renstra 2020 – 2024 UIN Antasari ditegaskan tentang Empat Pilar Filosofi Keilmuan UIN Antasari: Integrasi Dinamis, Integrasi Islam dan Kebangsaan, Berbasis Lokal, dan Berwawasan Global. Empat Pilar ini diharapkan menjadi penyangga sekaligus menjadi pasak yang kokoh bagi bangunan keilmuan yang dikembangkan UIN Antasari. Keempat pilar itu saling mengisi dan saling melengkapi. Kebijakan pengembangan kurikulum dan mata kuliah selalu mengacu pada empat pilar tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menopang pilar keempat adalah pendirian Banjar Corner dan Melayu Corner.
Jauh sebelum peresmian Banjar Corner ini, Perpustakaan UIN Antasari sejak awal tahun 2010 sudah merintis program koleksi akademik lokal. Waktu itu, para pustakawan IAIN Antasari dengan semangat pengabdian yang tinggi, melakukan hunting karya ulama banua di berbagai kota, terutama Martapura, Banjarmasin, dan Amuntai. Program saat itu dinami “Space Islam Kalimantan”. Bahan pustaka khusus berdimensi lokal ini dilayankan pada satu sudut (corner) di lantai II, bagian koleksi. Alhamdulillah, sekitar sepuluh tahun kemudian, Space ini berkembang dan menjelma menjadi Banjar Corner dan Melayu Corner.
Dalam suatu sambutan sebagai pemimpin upacara apel bulanan, Rektor UIN Antasari sedikit mengeluh soal keawaman sebagian mahasiswa tentang keberadaan institusi akademik Banjar Corner dan Melayu Corner yang ada di lantai dasar Perpustakaan UIN Antasari Kampus I. Padahal, lanjut beliau, corner ini menjadi salah satu kebanggaan yang dapat “dijual” bagi para tamu pencinta kajian keislaman lokal. Kegalauan pa Rektor itu sangat beralasan karena pendirian lembaga yang sangat penting tersebut menjadi penopang utama dari pilar ketiga dari Empat Pilar Filosofi Keilmuan UIN Antasari, Berbasis Lokal. Rektor yang sangat consern pada kajian akademik berbasis lokal itu juga menyindir, mungkin bukan saja sebagian mahasiswa tidak tahu keberadaan lembaga ini, sebagian dosenpun boleh jadi belum pernah menengok Banjar Corner, sapa beliau sambil tersenyum.
Soal perjuangan pendirian Banjar Corner dan Melayu Corner memang cukup heroik. Saat itu hari jatuh tanggal 25 bulan Februari Tahun 2021, saat wabah Covid 19 belum reda, bahkan UIN Antasari satu bulan sebelumnya diterjang banjir. Upaca peresmian sekaligus juga launching Al-Quran dan Terjemahnya Bahasa Banjar edisi revisi. Acara peresmian yang dihadiri oleh dua orang zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (KH. Muhammad Hatim Salman, Lc dan KH. Muhammad Sibawaihi) ini juga dihadiri oleh banyak kalangan. Mereka adalah: Ketua Dewan Penyantun UIN Antasari Drs. H. Gusti Mahfudz, AK,CPA,CA,CPI, Kepala Balai Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Banjarbaru, Muhammad Lutfi Baihaqi, Kepala Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru yang diwakili oleh Darmanto, Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Kalsel Dr. M.Ramadhan, SE,ME,AK,CA., Seniman Banjar Ahmad Barjie B, Akademisi, Antropolog Alfisyah, Kaligrafer Pembuat Ornamen Mushaf Al-Quran Rusdiyah, S.Ag., M.Pd.I, Hjriansyah dan Wajidi serta Tim Penyusun Al-Qur’an Terjemah Bahasa Banjar.
Semua peserta yang diundang hadir dengan serius dan memakai masker. Saya sendiri di dalam hati sambil berdoa, semoga peresmian lembaga ini yang sekaligus launching Al-Quran terjemah bahasa Banjar menjadi wasilah bagi hilangnya wabah Covid 19.
Ketua panitia pelaksana peresmian, Laila Rahmawati, S.Ag., SS., M. Hum dalam laporannya menyampaikan bahwa pada corner ini sudah terkumpul 2.167 eksemplar naskah, termasuk penelitian dari para dosen tahun 80-an, ada juga manuskrip repro karya-karya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan para ulama-ulama Banjar. Selain itu, ada juga koleksi-koleksi dari para penulis Banjar baik yang bersifat akademis maupun sastra, kemudian koleksi-koleksi civitas akademika UIN Antasari baik tulisan para dosen maupun mahasiswa.
Adapun untuk koleksi Melayu Corner sudah tersedia 225 judul. Laila menyampaikan bahwa koleksi ini merupakan koleksi yang dimiliki oleh H. Wan Muhammad Shogir (Kuala Lumpur) yang diterbitkan Khazanah Fathaniyah yang berupa koleksi tentang karya ulama, sejarah Islam dan Silsilah Ulama Sejagat (Sejagat Dunia Melayu), koleksi pengobatan, kajian karya ulama, dan koleksi ulama nusantara. Lebih lanjut, Laila menyampaikan bahwa koleksi Banjar Corner dan Melayu Corner ini sudah dikatalog dan bisa diakses secara online.
Selamat mengunjungi. Semoga ikhtiar pengembangan keilmuan melalui fasilitas Banjar Corner ini benar-benar terwujud. Cita-cita bersama kita untuk mengembangkan ilmu pengetahuan berbasis empat pilar in syaa Allah benar-benar terwujud melalui kepedulian dan keberpihakan semua civitas akademika mengabdi untuk ilmu pengetahuan. Amin.