Peta Wilayah Penelitian Skripsi

Oleh: Dr. Sukarni, M.Ag (Dekan FEBI)

Mungkin karena pandemi Covid-19, tidak sedikit mahasiswa yang terlambat merampungkan tugas akhir, menulis skripsi. Walaupun setelah dilihat faktanya, wabah ini juga membawa berbagai situasi baru yang menjadi solusi dalam situasi sulit dan tidak selamanya negatif.  Solusi itu menjadi lebih murah, lebih mudah, dan sangat praktis, tanpa mengurangi nilai capaian. Misalnya dalam transaksi, karena wabah menular melalui kerumunan,  jual beli dapat dilaksanakan   secara online. Model jual beli ala milenial ini sungguh membawa berkah. Pedagang dapat berjual beli tanpa harus memiliki toko. Tokonya ada di langit, dunia maya. Demikian juga dalam dunia akademik. Keterpisahan antara dosen dan mahasiswa tidak menyebabkan proses perkuliahan dan bimbingan akademik menjadi macet, justeru menjadi lebih praktis, dapat dilakukan melalui media sosial.

Namun, dalam hal penyelesaian skripsi, ternyata masalahnya bukan saja pada kendala teknis komunikasi, tetapi juga pada aspek kemampuan akademik dan keterampilan menulis plus bimbingan intensif dosen. Untuk menghadapi ini, kami sebagai pimpinan, khususnya melalui wadek I dan para pengelola jurusan mencoba mencari jalan. Salah satunya merumuskan peta wilayah penelitian skripsi mahasiswa.

Saat mahasiswa mengajukan usul judul penelitian skripsi, selaku dosen pembimbing akademik, saya selalu menjawab bahwa semua judul dapat dijadikan skripsi dengan catatan empat hal. Pertama, sesuai dengan disiplin ilmu jurusan. Kedua, datanya tersedia. Ketiga, data tersebut dimungkinkan untuk didapat . Keempat, belum pernah diteliti untuk judul dan permasalahan yang sama.

Dari empat soalan tersebut, menurut saya, bagian yang pertama mutlak paling awal harus dipahami mahasiswa (dan tentu juga oleh dosen pembimbing).  Peta wilayah ilmu jurusan yang akan menjadi topik atau judul  skripsi adalah hirarki dan luasan bidang ilmu yang diajarkan pada jurusan bersangkutan. Hirarkhi ilmu dimulai dari yang paling atas yaitu tataran ide dan dalil/norma. Bidang ini menghasilkan gagasan, cara pandang, dan konsep/teori. Lapisan yang paling bawah adalah rumusan hukum dan praktik/aplikasi. Di antara dalil dan konsep dan di antara konsep dan aplikasi ada serangkaian metode berpikir  ilmiah yang logis.

Secara luasan, suatu ilmu tentu saja mulanya hanya berkaitan dengan dirinya sendiri. Namun seiring dengan perkembangan yang terus mengglobal, suatu ilmu tidak lagi dapat hidup secara mandiri, dia harus berhubungan saling melengkapi dan saling mencerahkan satu sama lain secara horizontal. Di sinilah bidang datar ilmu menjdi sangat luas selebar permukaan bumi. Suatu ilmu dapat ditinjau dari berbagai perspektif. Inilah yang disebut pendekatan interkoneksi dalam bentuk interdisipliner, multi disipliner, dan bahkan transdisipliner.

Kalau diimplementasikan dalam kajian ekonomi Islam (misalnya), maka peta wilayah penelitian menjadi bidang-bidang: ideologi ekonomi, kajian dalil, kajian norma, kajian konsep/gagasan, kajian metodologi berpikir, kajian kitab/buku, kajian praktik, dan kajian berbegai perspektif terhadap ekonomi Islam. Bidang-bidang ini sangatlah luas. Kalau kita cermati skripsi mahasiswa selama ini lebih banyak pada wilayah kajian praktik. Wilayah ide, norma/dalil,  gagasan, metodologi berpikir dan berbagai perspektif terhadap ekonomi Islam sepertinya tertinggalkan.