
RINDU PENGABDI
Oleh: Dr. H. Sukarni, M.Ag
Sekitar hari kelima saya dan keluarga berada di Madinah, isteri saya seperti terkejut mendengar kabar via WA bahwa Bu Erna (Dra. Hj. Ernawati Guniah), Ahli Muda Pengembang Teknologi Pembelajaran dengan tugas tambahan sebagai Sub Kordinator Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni FEBI UIN Antasari, dimutasi naik jabatan menjadi Kepala Bagian Tata Usaha di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari. Pelantikan Beliau dilaksanakan Rabu 16 Agustus 2023. Saya memang tidak terlalu kaget, karena salah satu yang mengusulkan untuk naik jabatan beliau adalah saya sebagai salah satu anggota Tim Penilai Kinerja ASN UIN Antasari. Yang bersangkutan tidak mau menyampaikan informasi mutasinya secara langsung saat saya di tanah haram, mungkin karena takut mengganggu kekhusyuan ibadah kami. Satu sisi, saya bersyukur atas mutasi tersebut demi penghargaan Negara kepada Beliau yang telah bekerja dan berkinerja sebagai ASN. Akan tetapi, tentu kami warga FEBI merasa kehilangan dan mungkin juga sebagian merasa kesunyian dan kerinduan.
Jarak yang ditempuh untuk mutasi tersebut tidak terlalu jauh, hanya puluhan meter saja. Kantor baru yang ditempati Beliau pun masih kelihatan bagiannya dari ruang saya bekerja setiap hari. Namun rasa kehilangan sangat terasa. Bu Erna termasuk tipe karyawan yang langka. Beliau pengabdi yang tulus, paling tidak yang saya rasakan selama berada bersama di FEBI UIN Antasari. Tipe pekerja biasanya salah satu dari: banyak ngomong sedikit kerja atau banyak kerja sedikit bicara. Bu Erna termasuk banyak kerja dan juga relatif banyak komunikasinya. Seingat saya, Beliau termasuk yang paling sering ke ruang saya untuk membicarakan pekerjaan dari yang berkaitan dengan konsep hingga teknis. Setiap pagi kami sering datang hampir bersamaan waktu, kadang duluan Beliau, kali yang lain duluan saya.
Di ruang kerjanya juga bertumpuk kertas. Tampaknya arsip-arsip dan draft berbagai surat serta regulasi tentang kemahasiswaan dan kepegawaian. Maklum dalam kelembagaan kita, regulasi sering berubah-ubah. Dari depan pintu, kadang tidak terlihat seluruh wajah Beliau, terlindung oleh tumpukan kertas. Sering saya menanyakan berbagai arsip surat dan edaran tentang kemahasiswaan dan Beliau hampir selalu dapat menemukan arsip yang saya perlukan.
Satu hal keistemewaan Beliau adalah mengayangi kucing. Kalau tidak salah hitung ada belasan kucing di area kantor FEBI yang setiap hari menyambut Bu Erna pagi-pagi untuk mendapat makanan. Menurut Beliau, kucing-kucing ini mulanya sedikit. Namun rupanya yang sedikit itu mengajak teman-temanya karena ada makanan gratis yang disajikan setiap hari. Belum jelas, apakah kucing-kucing tersebut juga akan “ikut mutasi”. Dalam beberapa hari ini sebagian kucing masih ada di sekitar FEBI. Tak apa, hanya pengganti Beliau yang siaga membawa makanan tiap hari untuk kesayangan ini mungkin belumtergantikan.
Soal piaraan binatang memang bagi orang terentu, termasuk saya, menjadi penghibur tersendiri dalam padatnya pekerjaan. Saya sendiri sudah sejak lama hampir tidak pernah kosong dari piaraan binatang. Pernah pelihara burung merpati yang jinak, namun hilang terbang mengikuti burung tetangga. Juga burung murai batu sejak baru menetas dari telurnya hingga pandai bernyanyi nada “Kota Baru Gunungnya Bamega …”. Ayam jantan berkokok dengan suara khas juga pernah saya pelihara (Ayam pelong dengan kokok panjang seperti bunyi anjing, ayam ketawa dengan kokok seperti orang ketawa tak pernah sedih, dan ayam serama bersuara nyaring padahal badannya sangat kecil). Kokok ayam mengingatkan kehidupan pedesaan yang teduh dan polos jauh dari kepalsuan. Saat ini masih ada dua kucing yang setiap hari menghibur saya saat pulang dari kantor, si Ujang (karena ekornya relatif panjang) dan si Bleki (karena seluruh badannya berwarna hitam).
Kelebihan Bu Erna juga pada komunikasinya yang polos dan apa adanya, termasuk kepada mahasiswa yang mungkin setiap hari “merepotkan”. Beliau sangat menyadari posisinya sebagai Sub Kordinator Bagian Kemahasiswaan dan Alumni. Setiap mahasiwa berbeda-beda gaya komunikasinya mulai dari yang sangat sopan hingga yang agak semaunya, mungkin karena mereka berasal dari latar budaya yang sangat beragam. Namun di tangan Bu Erna, semua komunikasi bisa clear. Sebagian mahasiswa menganggap Beliau sebagai pelayan yang baik, meski ada juga yang menganggapnya sebagai “keras”. Yang saya tahu, Beliau memang keras pada penerapan aturan, kecuali Pimpinan melakukan kebijakan.
Meski kita kehilangan, namun kita telah mendapat pelajaran. Semoga di jabatan baru Bu Erna semakin sukses dalam mengabdi, dan kita yang ditinggalkan tetap terus bersemangat untuk melanjutkan perjuangan Beliau. Amin.