Magnet Ilmu Tashrif
Oleh: Dr. H. Sukarni, M.Ag.
Sambil menikmati makanan khas Arab, nasi mandi, tamees, dan sambusak lengkap dengan sambal dan acarnya, Habib Abbas bin Abu Bakar Al-Haddad, khadimul majelis ilmi Pekalongan Jawa Tengah bertanya, apa yang menjadi kekhasan Pondok Pesantren Ibnul Amin Pemangkih. Beberapa dewan guru dan unsur pimpinan yang hadir dalam jamuan makan menjelaskan, ilmu sharf. Beliau bertanya lagi, asal kalmiah (kata) dalam bahasa Arab fi’il atau mashdar, saya yang juga ikut hadir dalam jamuan makan itu mencoba menjawab dengan memori 45 tahun silam saat mondok,”isim mashdar ya Habib”. Dengan khas lugat bahasa Arab habaib, beliau pun merespon, inta shahih, wa lakin hadza ‘inda ‘ulama al-Bashrah. Wa amma ‘ind ulama al-Kuufah, fa ashl al-kalimat hiya al-fi’il…. Kilaa huma ayyuwakh….Tidak sadar, Habib Abbas membawa saya ke usia 13 tahun, saat saya mulai mondok di Ibnul Amin Pemangkih dan belajar tashrif dengan metode khas Ibnul Amin.
Habib Abbas sengaja diundang untuk acara haulan pendiri (mu’assis) Ibnul Amin yang ke 29, Ahad 9 Juli 2023 kemaren. Sebagai ketua Alumni periode 2022-2027, saya ikut hadir sejak Sabtu dan sengaja menginap di guest house Al-Muhajirin (Pondok cabang Ibnul Amin), berjarak sekitar 4 km arah Barat dari Ibnul Amin. Saya ingin menikmati suasana nyantri yang tentu untuk beberapa hal sudah berbeda dengan era saya di akhir tahun 70-an. Akan tetapi substansi suasananya tetap sama. Anak-anak santri baru memancarkan aura duka lara berpisah dengan keluarga, santri yang agak lama, tegap dan disiplin belajar untuk mendapat berkah dan ilmu, para ustad (dipanggil dengan “kaka”) dengan penampilan sederhana (seadanya) terus disiplin mencurahkan segala doa dan ilmunya untuk para santri. Semua nilai itu terwariskan dari pendiri (KH. Mahfuz Amin) kepada semua dewan guru, dan juga santri
Kesederhanaan (atau lebih tepat kezuhudan) adalah hal yang paling ditekankan dalam tradisi pesantren Ibnul Amin. Kesederhanaan berarti mengambil porsi duniawi sesuai yang dibutuhkan secara minimalis. Sejak berdiri, setiap guru Ibnul Amin tidak ada yang namanya gajian. Para guru yang diangkat dari santri senior berbakat dan berprestsi diberi kesempatan menjadi guru tanpa gaji. Di samping sebagai pengajar, para guru juga tetap belajar kepada guru senior dan abah pengasuh. Bagi mereka yang masih jejaka, biasanya disediakan dapur makan khusus dewan guru. Bagi yang sudah berkeluarga ada rumah sangat sederhana dan sedikit usaha untuk menunjang ekonomi keluarganya. Para guru di pondok ini hingga kini terus mengajar tanpa pamrih.
Ilmu tashrif adalah ilmu yang sangat dasar dalam bahasa arab, khususnya terkait maharah al-qira’ah. Ilmu sharf berurusan dengan genealogi kata. Lebih rumit dari nahwu yang berurusan dengan harakat (baris) akhir kata. Lebih jelemet dari balagah yang beririsan dengan soal gaya dan keindahan struktur kata dan kalimat. Ketika menanya saya tentang jumlah kata yang dilahirkan isim mashdar, saya jawab dengan angka 64, habib Abbas langsung ketawa. Beliau meluruskan jawaban saya bahwa kata yang lahir dari asl al-kalimat berjumlah lebih dari 300. Beliau menjelaskan, angka 64 itu urusan tashrif satu bentuk (wazan) kata saja. Sedangkan bentuk kata dalam ilmu sharf mulai dari tsulatsi hingga ruba’i. Masing-masing dari dua tersebut masih dibagi menjadi mujarrad dan maziid. Tsulatis mujarrad ada enam wazan. Mazid satu huruf ada tiga wazan. Mazid dua huruf ada lima wazan. Mazid 3 huruf ada lima wazan. Ruba’i juga ada mazidnya. Hal itu kemudian dikaitkan dengan binaa. Mulai shahih, mitsal, ajwaf, naqish, lafif, multawi hingga mahmuz. Kemudian khusus untuk mudlari’ ada yang dimasuki oleh amil nawashib yang berjumlah 10 dan jawazim yang berjumlah 18. Ada juga mudlari’ yang berhubungan dengan nun tawkid, baik tsaqilah maupun khafifah. Maa syaa Allah. Habib Abbas ternyata ahli ilmu lughah. Beliau menuntut ilmu lughah dengan guru-guru hebat sekitar 15 tahun di tanah haram, Makkah al-Mukarramah.
Habib Abbas yang didaulat menjadi penceramah saat haulan mengingatkan saya dengan sebuah kitab Sharaf yang dipelajari di Ibnul Amin setalah tamat mutammimah, Kailani. Kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh al-Imam al-‘Alim al-‘Allamah, al-Ustaz Abu al-Hasan Ali bin Hisyam al-Kailani al-Syafi’i inilah yang disadur oleh ayahnda Pengasuh Ibnul Amin menjadi sebuah mata pelajaran paling awal bagi setia santri, ilmu tashrif.
Kemaren Ahad 9 Juli 2023/20 Zul Hijjah 1444 diperingati haul ke 29 pendiri Ibnul Amin yang sangat berjasa dalam memperkenalkan ilmu tashrif kepada semua santrinya. Dari ilmu inilah, pelajaran dan muzakarah bidang ilmu-ilmu penting lain dikembangkan. Lebih dari 10 ribu jamaah haul dan ziarah mebanjiri Desa Pemangkih. Mentari yang cerah sejak pagi hari seakan menegaskan sinar ilmu yang telah dihasilkan oleh pendiri lembaga pendidikan dengan penuh keikhlasan dan kesederhanaan. Semoga amal ibadah Beliau diterima oleh Allah dan semua santrinya menjadi barakah. Amin.