MAKNA FILOSOFI SILA PERTAMA PANCASILA “KETUHANAN YANG MAHA ESA”
Oleh : Dr. Radiansyah, S.Ag.,M.Pd.I
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam arti bahasa arab “Esa” artinya adalah “Ahad” tunggal tiada duanya, dalam alquran dikatakan “Qul Huwallahu Ahad” artinya “Katakanlah Dia Allah Ahad/Satu/tunggal (Yang Maha Esa), tidak ada yang menyerupainya. Dikatakan lagi dalam alquran bahwa: “Allah tempat meminta segala sesuatu, (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia (Allah)” (Al-Ikhlas(112: 1-4).
Untuk memperdalam istilah kata ke”Esa”an ini kita harus mengenal diri bahwa yang berkuasa atas diri ini adalah Allah Yang Maha Esa. Sebagai contoh: “Kita berjalan ke sana ke mari, ke hulu ke hilir, ke depan ke belakang, tidak bisa menghitung langkah kita, kalau ada yang bisa menghitung langkahnya waktu berjalan. Sungguh luar biasa, tetapi kebanyakan orang hampir rata-rata tidak bisa menghitung langkahnya, kerena memang tidak kuasa menghitungnya, itu semua dalam kuasa Allah Swt. Jadi sebaiknya kita mengenal diri agar lebih dekat kepada Allah Swt. Dalam alquran juga dikatakan: “Wahuwa ma’akum ainama kuntum” artinya “Dia (Allah) bersama kamu di manapun kamu berada”, merasa tidak bahwa kamu bersama Allah. Ini juga menandakan bahwa kita tidak kuasa, dalam kuasa Allah. Apapun yang kita lakukan itu semua kehendak Allah, kita tidak menyadarinya. Ke”Esa”an di sini menunjukkan bahwa kita satu bersama Allah. Mengenal diri sebaiknya mengenal kejadian diri yang berasal titik Nur Zat Allah Swt. Nur Zat Allah dititiskan ke Rahim bapak, kemudian dititiskan bapak ke Rahim ibu, dikandung ibu selama 9 bulan 9 hari lahirlah kita ke dunia ini dengan bermacam-macam perjanjian dengan Allah, bila menerima perjanjian dengan Allah yang harus kita jalani selama hidup nanti barulah lahir kita. Bila tidak menerima perjanjian dengan Allah untuk menjalani hidup ini, maka matilah bayi itu saat dalam kandungan itu atau saat sesudah lahir. Apapun jalan hidup ini sudah ditakdirkan Allah. Jalanilah kehidupan di dunia ini dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, terima saja apa-apa yang ditakdirkan Allah pada diri kita, apapun yang terjadi pada diri kita, itu semua sudah janji kita kepada Allah dan ditakdirkan-Nya, hanya syukur Alhamdulillah yang bisa kita ucapkan dan kita sadari.
Lebih mendalam lagi kita mengenal diri, ada hadis yang mengatakan: “Man Arafa Napsahu Faqad Arafa Rabbahu” (H.R. Ibnu Abdil Baar) artinya “Siapa yang mengenal dirinya maka sungguh dia akan Mengenal Tuhannya”. Mengenal diri melalui ilmu Tauhid yakni: sifat 20 yang wajib, dan 20 sifat yang mustahil, serta sifat Zais (harus) 1, jadi semua 41 sifat yang wajib kita ketahui. Bila seseorang mengetahui 41 sifat tersebut, jadi ilmu bagi dirinya dan dapat mengamalkannya Alhamdulillah.