Jangan Berhenti Sampai Lidahmu Keriting

Oleh: Yulian Ma’mun,Lc.,MM.

Coba anda lafalkan kalimat berikut: “Asociácia vodárenských spoločností navrhuje ako jedno z riešení dobudovanie vodovodov v obciach, kde dnes nie je voda z verejného vodovodu. Strč prst skrz krk”. Jangankan paham artinya, menyebutkan dengan benar saja sulitnya minta ampun. Bikin lidah keriting. Wajar saja karena bahasa Slovakia bukanlah bahasa yang familiar bagi umumnya warga Indonesia.

 

Di negara Eropa tengah inilah, dua pemain sepakbola asal Indonesia, Egy Maulana (22 tahun) dan Witan Sulaiman (21) mengadu nasib, merintis karir menjadi atlet profesional di benua kiblatnya sepakbola. Egy dikontrak selama dua tahun oleh tim ViOn Zlate Moravce, sedangkan klub AS Trencin mengikat Witan semusim lebih lama hingga 2024.

 

Kompetisi sepakbola di Slovakia memang bukan masuk kategori level atas liga Eropa semisal La Liga Spanyol, Liga Premier Inggris atau Bundesliga Jerman. Namun menurut Rochmat Setiawan, mantan performance analyst tim nasional junior Indonesia, tingkat permainan di Slovakia bisa disetarakan dengan liga kelas top daratan Asia seperti Jepang dan Korea. Sudah pasti yang jelas dua atau tiga tingkat di atas liga kita.

 

Bermain di luar negeri berarti keluar dari zona nyaman. Banyak hal berbeda jauh dengan negeri kita yang sentosa. Makanan, cuaca, budaya, dan bahasa jelas tak sama. Bagi mereka berdua, Slovakia bukan negara Eropa pertamanya. Egy pernah di Liga Polandia selama tiga musim sejak usia 18 tahun. Sedangkan Witan, selain juga pernah merumput di Polandia, karir debutnya bergabung di klub Liga Serbia.

 

Padahal jika memilih tetap bermain di Liga Indonesia, pemain berlabel tim nasional seperti mereka, biasanya mendapat nilai kontrak yang fantastis, mencapai nominal miliaran rupiah untuk setahun. Peluang menambah pundi-pundi harta pun terbuka misalnya jadi bintang iklan atau berbisnis.

 

Witan mengatakan bahwa bahasa merupakan salah satu tantangan yang harus dia hadapi saat memutuskan mentas di liga Serbia bersama klub Radnik. “Pas saya pertama kali ke klub saya tidak bisa bahasa Inggris. Namun saya nekat saja, malu kalau saya gak bisa, padahal bahasa Inggris kan ini bahasa internasional,” tuturnya saat diwawancara tim media PSSI akhir 2021 silam.

Selain belajar lewat kursus, yang paling penting, Witan berani ngobrol dengan lawan bicara memakai bahasa Inggris. “Di lapangan memang tanpa bicarapun, kita bisa memahami instruksi dalam istilah sepakbola. Tapi kan saat di luar lapangan, misalnya nongkrong dengan pemain lain, butuh komunikasi,” tambahnya.

 

Tiga tahun berlalu, Witan tampil lagi di layar kaca, kali ini di kanal Youtube klub Trencin. Empat pucuk mikrofon ditodongkan ke mukanya, menunggu setiap bait kata dari mulut sang pemain berkomentar tentang pertandingan yang baru saja usai. Sambil sesekali menyungging senyum, Witan menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris dengan mantap, tak ada keraguan. Padahal olahragawan yang tidak terbiasa berada di depan lensa, biasanya akan menunjukkan gestur tidak percaya diri saat wawancara seperti bicara sambil menunduk, menggaruk kepala yang tidak gatal, atau terbata-bata menyusun kata. Namun Witan tampil luwes di depan kamera layaknya para pesohor di televisi.

 

Jangan bandingkan bahasa Inggris Witan seperti para awardee penerima beasiswa LPDP luar negeri. Bahasa Inggris ala Witan jelas tidak memenuhi kefasihan, kekayaan kosakata, tata bahasa yang presisi dan aksen yang memikat. Namun keberanian dia mempraktikken bahasa sudah mulai terlihat hasilnya. Toh di Slovakia sana orang-orang lokal juga tidak semua fasih bahasa Inggris. Kenapa harus minder? Ujar Witan dalam benaknya.

 

Mahasiswa jangan mau kalah

Witan dan Egy yang notabene hidupnya bergelut dalam kegiatan yang didominasi fisik seperti olahraga saja bisa berbahasa Inggris. Tidak ada alasan bagi mahasiswa yang tumbuh di lingkungan akademis untuk tidak bisa bahasa asing. Bagi yang akrab dengan Bahasa Inggris, bisa memperdalam bahasa dari negeri mendiang Ratu Elizabeth II itu. Mahasiswa yang punya latar belakang pesantren bisa mengakrabkan diri dengan bahasa Arab.

 

Practice makes perfect, jarrib wa laahizh takun ‘aarifan. Dua frasa dalam bahasa Arab dan Inggris ini dapat diterjemahkan secara bebas “kalau ingin bisa sesuatu, cobalah”. Tidak ada cara untuk bisa bahasa asing kecuali mempraktikkan langsung bahasa tersebut dengan cara membaca, menulis, bicara, atau mendengar. Semua manusia normal akan menempuh jalan tersebut untuk bisa bahasa asing, kecuali anda adalah seorang jenius berIQ 160 atau seorang wali yang dapat ilmu laduni dari Allah ‘azza wa jalla.

 

Kemajuan teknologi adalah berkah kehidupan yang harus dimanfaatkan dalam belajar bahasa. Benda sekecil ponsel bisa jadi mestika ampuh untuk belajar. Laporan penelitian Data.ai pada tahun 2022 menyebut rata-rata sehari orang Indonesia menggunakan telepon genggam selama 5,4 jam, tertinggi di dunia bersama Brazil. Fakta keterikatan masyarakat kita dengan internet ini, jika dibawa ke hal yang positif, bisa membawa kemajuan, termasuk di bidang bahasa.

 

Jadikan bahasa yang ingin anda pelajari sebagai bagian dari hidup sehari-hari. Misalnya mulai dengan mengubah pengaturan bahasa di ponsel ke bahasa asing, lalu install aplikasi belajar bahasa dan ikuti setiap pembelajarannya. Biasakan membaca artikel bahasa asing seperti berita atau menonton video Youtube sambil mencatat kosakata baru dengan bantuan fitur closed caption (cc). Mencatat tidak harus di buku, bisa dilakukan di dalam telepon genggam. Hafal kosakata adalah kunci penting dalam belajar bahasa. Setidaknya diperlukan 800 kosakata untuk dapat bercakap tingkat dasar dalam bahasa asing.

 

Jika anda menemukan kawan yang mau diajak belajar bersama untuk latihan speaking¸ anda adalah orang yang beruntung. Tapi andai anda hanya otodidak sendiri, ya tidak apa-apa juga selama anda konsisten belajar. Bisa saja anda para mahasisawa generasi Z punya tips yang lebih canggih dalam belajar bahasa memakai teknologi mutakhir

 

Nah, apa yang saya sampaikan di atas tidaklah berarti selama tidak ada tindakan kongkrit dengan aksi nyata.  Mulailah dari sekarang, dan coba terus cas-cis-cus memakai bahasa asing, sampai lidahmu keriting.

 

Wallahu a’lam